Senin, 17 Oktober 2016

Empat Lilin

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka
Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga…

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

“Akulah HARAPAN.”

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!
(emotivasi)
================
Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :

  1. Hidup tak selamanya terang, adakalanyaangin berhembus, meredupkan "lilin-lilin" kita
  2. Dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, jangan sampai kau putus harapan... terlebih harapan kepadaNya...
  3. dengan Harapan, insya Allah kita bisa bertahan dan dengan ijinNya kita bisa menyalakan "lilin" lain kehidupan kita

Nyalakan Lilin

Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Mungkin ini terlalu dipertanyakan. Sebab, lilin hanya sebuah benda kecil. Kegunaannya baru Nampak ketika lampu listrik di rumah kita padam. Tapi, lilin adalah cahaya. Dan cahaya merupakan sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Yang terakhir ini bukan materi. Ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu, meskipun kecil, lilin selalu dapat mengusir gelap.

Allah memisalkan petunjuk dengan cahaya, kesesatan sebagai gelap. Ini mengisyaratkan, pasukan kesesatan tak memiliki sedikitpun daya di depan pasukan cahaya. Ia hadir ketika pasukan cahaya menghilang. Sepanjang sejarah, umat kita mengalami kesesatan ketika ‘roda pergerakan syiar dakwah’ berhenti bergerak.

Disini tersirat sebuah kaidah syiar dakwah. Bahwa gelap yang menyelimuti langit kehidupan kita, sebenarnya dapat diusir dengan mudah, bila kita mau menyalakan lilin syiar ini kembali. Berhentilah mengikuk gelap. Ia toh tak berwujud dan tak berdaya. Kita tak perlu memanggil matahari untuk mengusirnya. Tidak juga bulan.

Tak ada yang dapat kita selesaikan dengan kutukan. Sama seperti tak bergunanya, ratapan di depan sebuah bencana. Musibah, jahiliyah, kekalahan yang sekarang merajalela di seantero dunia Islam kita, tak perlu ‘di islah’ dengan kutukan ataupun ratapan. Sebab kedua tindakan itu tidak menunjukan sikap ‘Ijabiyah’ (positif) dalam menghadapi realita. “Adalah lebih baik menyalakan sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan”.

Sikap ijabiyah menuntut kita untuk menciptakan kehadiran yang berimbang dengan kehadiran fenomena jahiliyah dalam pentas kehidupan. Ini mungkin tak kita selesaikan dalam sekejap. Tapi sikap mental imani yang paling minimal, yang harus terpatri dalam jiwa kita, adalah membuang keinginan untuk pasrah atau menghindari kenyataan. Kenyataan yang paling buruk sekalipun, tidak boleh melebihi besarnya kapasitas jiwa dan iman kita untuk menghadapinya.

Disini ada sebuah pengajaran yang agung. Bahwa sudah saatnya kita membuang kecenderungan meremehkan potensi diri kita. Ketika kita mempersembahkan sebuah amal yang sangat kecil, saat itu kita harus membesarkan jiwa kita dengan mengharap hasil yang memadai. Sebab amal yang kecil itu, selama ia baik, akan mengilhami kita untuk melakukan amal yang lebih besar. Ibnul Qayyim mengatakan, sunnah yang baik, akan mengajak pelakunya melakukan ‘saudara-saudara’ sunnah itu.

Akhirnya, tutuplah matamu dan nyalakan lilin, lalu: “Katakanlah, telah datang kebenaran. Sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna”.

Diambil dari buku Arsitek Peradaban,
ditulis oleh ust. Anis Matta Lc. (wakil ketua DPR RI 2009-2014).
=========
Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :

  1. Mencaci maki kerusakan dan kekacauan di sekitar kita, tak akan memperbaiki masalah. Hanya dengan bertindak nyata-lah, insya Allah keburukan kan sirna, berganti dengan kebaikan.
  2. Jangan hanya jadi komentator, jadilah partisipator!

Petarung Dengan Satu Jurus

Chen adalah seorang remaja pria yang tinggal di Hawaii. Tidak seperti orang normal, ia hanya mempunyai tangan kiri. Tangan kanan nya tidak ada sejak lahir. Karena keadaannya yang cacat itu banyak remaja pria lain yang mengejek dan sering mengolok-oloknya, bahkan ada yang suka memukul dan mendorong kepalanya.

Suatu hari, saat pulang sekolah ia diejek dan digoda beberapa remaja pria, peristiwa itu menarik perhatian seorang tua yang kebetulan lewat. Pria tua itu kemudian mengusir semua remaja yang menghina Chen, ia merasa kasihan pada Chen, kemudian ia berkata “Aku akan mengajarimu Judo supaya tidak ada yang berani mengganggumu lagi”. Chen bingung juga karena ia hanya mempunyai satu tangan, bagaimana mungkin bisa mempelajari Judo. Pria tua itu akhirnya mampu meyakinkan Chen bahwa ia mempunyai jurus judo khusus untuk orang bertangan satu. Akhirnya Chen setuju untuk belajar Judo dari orang tua tersebut dan mulai keesokan harinya sepulang sekolah, ia pergi ke rumah orang tua tersebut untuk belajar Judo.
Orang tua tersebut mengajari Chen sebuah jurus yang ternyata sangat sulit dikuasai, sampai beberapa bulan pun Chen masih belum menguasainya dengan baik. Sampai akhirnya memasuki bulan ke enam barulah Chen mampu menguasainya dengan lumayan baik, Chen sangat gembira dan ia meminta kepada orang tua itu untuk mengajarinya jurus lainnya. Orang tua tersebut menggelengkan kepalanya dan berkata “Kamu sudah bisa menguasai jurus itu? Bagus, kalau begitu lakukan jurus tersebut dengan LEBIH CEPAT dan LEBIH BAIK“.

Chen terus belajar dengan tekun dan akhirnya ia bisa menguasai jurus itu dengan semakin baik, tapi ia bosan juga, pikirnya kok jurus itu-itu aja sih, kapan nih belajar jurus lainnya? Akhirnya ia berkata “Guru, saya sudah menguasai jurus itu dengan baik, ajarkan dong jurus yang lain”. Orang tua yang merupakan gurunya tersebut berkata “Kamu merasa sudah menguasai dengan baik? Baiklah kalau begitu 3 bulan lagi kamu ikut pertandingan”. Chen merasa ragu, bagaimana mungkin ia yang bertangan satu harus bertanding melawan musuh yang bertangan dua dalam suatu pertandingan? Tapi ia berpikir tidak ada salahnya dicoba, dalam pemikiran Chen dalam 3 bulan ini pasti gurunya mengajarkan jurus-jurus baru untuk menghadapi pertandingan.

Seminggu, dua minggu, sebulan berlatih, Chen makin heran, gurunya tidak mengajarkan jurus baru sama sekali, ia hanya disuruh belajar menguasai jurus tunggal itu dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin baik. Akhirnya Chen tidak sabar dan protes “Guru, mengapa guru tidak mengajarkan jurus baru apapun kepada ku, masa aku harus bertanding dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS saja”. Gurunya tetap tidak mengajarkan jurus baru apapun sampai 3 bulan waktu berlalu dan tiba saatnya bertanding.

Chen mengawali pertandingan penyisihan pertama dengan gugup, tapi karena latihannya sudah sangat matang, akhirnya ia bisa menang juga. Pertandingan kedua dan ketiga ia menangkan juga dengan jurus yang sama. Sampai tiba saatnya ia ke semi final. Chen sangat gugup, katanya “Guru, cepat ajarkan aku  jurus yang baru. Aku sudah menang 3 kali menggunakan 1 jurus yang sama, musuh pasti sudah bisa membaca jurusku, musuhku kali ini sang  juara bertahan, ia sangat hebat, cepat guru, ajarkan aku”. Sang guru dengan tenang berkata “Yakin saja, Kamu pasti menang”. Chen semakin gugup, sampai akhirnya tiba saat pertandingan. Sang lawan memang sangat hebat, berkali-kali ia dapat menghindari kuncian jurus Chen, tapi akhirnya sampai suatu saat ia sedikit lengah dan Chen dapat memanfaatkan kesempatan yang hanya sepersekian detik itu untuk memasukkan jurus satu-satunya yang ia miliki. Chen menang lagi!

Saat finalpun tiba. Chen mempunyai kepercayaan diri yang sudah membubung tinggi, lawannya malah sudah keder duluan, akhirnya ia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah dan Chen menjadi juara!! Ya, hanya dengan SATU TANGAN dan SATU JURUS, ia bisa mengalahkan lawan-lawannya yang punya tangan normal dan beragam jurus.

Chen kemudian pulang ke rumah dan berpesta dengan keluarga dan teman-temannya. Kemudian ia menjumpai gurunya dan pergi berjalan-jalan dengan gurunya itu. Sambil berjalan mereka membahas kemenangan Chen. Chen merasa penasaran dan bertanya pada gurunya “Guru, bagaimana aku bisa menang melawan mereka yang normal dengan satu jurus saja? Rasanya sungguh tidak masuk akal”. Gurunya menjawab “Karena engkau mempunyai tekad baja, kemauan yang kuat, dan satu lagi, jurus yang kuajarkan itu adalah jurus yang sangat sulit diantisipasi dan sangat sulit menguasainya, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari kuncian itu adalah dengan MENGUNCI BALIK TANGAN KANAN MU“  —  (???)

Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :

  1. Sesuatu yang dipikir banyak orang sebagai kelemahan, dapat dimanfaatkan menjadi sebuah keunggulan yang nyata. 
  2. Dalam dunia nyata misalnya, tidak diperlukan banyak jurus/pekerjaan untuk menang/sukses. Kuasailah satu bidang sehingga anda benar-benar menjadi sangat ahli di bidang tersebut. Satu bidang yang anda kuasai dengan sangat baik sudah cukup untuk membuat anda hidup layak (menang). Kalau anda tidak bisa menang di suatu bidang yang umum maka buatlah KATEGORI/JURUS sendiri dimana anda lah yang menjadi NOMER SATU di kategori tersebut.

Kaya dan Miskin

Ini adalah salah satu kisah inspirasi kesukaan saya. Saya pertama kali menemukan ini ketika masih SMA (sekitar tahun 2004). Suatu hal yang luar biasa untuk dapat membaginya kepada pembaca Kumpulan Kisah Kisah Inspirasi Terbaik. Berikut kisahnya.

Satu hari, seorang ayah yang berasal dari keluarga kaya membawa anaknya dalam satu perjalanan keliling negeri dengan tujuan memperlihatkan pada si anak bagaimana miskinnya kehidupan orang-orang disekitarnya. Mereka lalu menghabiskan beberapa hari di sebuah rumah pertanian yang dianggap si ayah dimiliki keluarga yang amat miskin.

Setelah kembali dari perjalanan mereka, si ayah menanyai anaknya :

“Bagaimana perjalanannya nak?”.

“Perjalanan yang hebat, yah”.

“Sudahkah kamu melihat betapa miskinnya orang-orang hidup?,” Si bapak bertanya.

“O tentu saja,” jawab si anak.

“Sekarang ceritakan, apa yang kamu pelajari dari perjalanan itu,” kata si bapak.

Si anak menjawab :

Saya melihat bahwa kita punya satu anjing, tapi mereka punya empat anjing.

Kita punya kolam renang yang panjangnya sampai pertengahan taman kita, tapi mereka punya anak sungai yang tidak ada ujungnya.

Kita mendatangkan lampu-lampu untuk taman kita, tapi mereka memiliki cahaya bintang di malam hari.

Teras tempat kita duduk-duduk membentang hingga halaman depan, sedang teras mereka adalah horizon yang luas.

Kita punya tanah sempit untuk tinggal, tapi mereka punya ladang sejauh mata memandang.

kumpulan kisah inspirasi terbaik Kita punya pembantu yang melayani kita, tapi mereka melayani satu sama lain.

Kita beli makanan kita, tapi mereka menumbuhkan makanan sendiri.

Kita punya tembok disekeliling rumah untuk melindungi kita, sedangkan mereka punya teman-teman untuk melindungi mereka.

Ayah si anak hanya bisa bungkam.

Lalu si anak menambahkan kata-katanya : “Ayah, terima kasih sudah menunjukkan betapa MISKIN-nya kita”.

Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :

  • Kaya dan Miskin tergantung pada persepsi kita sendiri, bukan pada penilaian orang lain.
  • Orang lain yang tampak miskin bagi kita, boleh jadi termasuk kaya menurut orang lain, atau bahkan mereka sendiri.
  • Kisah diatas mendorong kita untuk selalu melihat perspektif lain.

Jebakan Tikus

Pada suatu malam, seekor tikus mengendap-endap di dalam dapur sebuah rumah keluarga petani. Betapa terkejut dia saat melihat sebuah bungkusan yang berisi satu kotak jebakan tikus. Hal tersebut tentu akan mengancam jiwanya. Dengan panik tikus itu berlari ke arah belakang rumah dan memberitahukan hal tersebut pada hewan peliharaan sang petani.

"Hati-hati, ada jebakan tikus... ada jebakan tikus..." ujar sang tikus dengan suara kencang.

Ayam yang mendengar suara itu melengos kesal, "Ya ya ya... tapi itu masalahmu, tikus. Berhentilah berteriak, kau membuatku sakit kepala," ujar sang ayam dengan suara jengkel.

Dengan sedih, tikus itu berlari meninggalkan kandang ayam menuju kandang kambing. "Ada jebakan tikus di dalam sana, jebakan tikus..." ujar si tikus memperingatkan.

Apa yang terjadi? Kambing seolah tidak peduli dan mengatakan, "Wah, aku ikut sedih, tapi bukan urusanku," lanjutnya.

Tikus kembali sedih karena kambing tidak peduli. Tetapi dia tidak menyerah memberi peringatan bahwa ada bahaya. Tikus berlari ke arah kandang sapi. "Waspada, harap waspada, si petani punya jebakan tikus,"

Sang sapi malah tertawa kencang, "Astaga tikus, itu bukan urusanku, tidak perlu menyampaikan kabar yang tidak perlu," ujar sapi lalu kembali tertawa.

Akhirnya tikus kembali ke lubangnya dengan perasaan sedih, tak ada satu pun yang peduli dengan kata-katanya.

Pada malam berikutnya, jebakan tikus itu berhasil menangkap sesuatu. Saat dilihat, bukan tikus yang terperangkap, tetapi ular berbisa yang masuk ke dalam rumah. Parahnya, ular yang sudah hampir mati karena terjepit di jebakan tikus mematuk tangan istri sang petani.

Setelah mengalami pengobatan, istri petani tak kunjung membaik, dia demam sangat tinggi. Melihat hal itu, petani menyembelih ayamnya lalu dimasak menjadi sup ayam untuk menurunkan demam sang istri, tetapi usaha itu sia-sia, karena istri sang petani meninggal keesokan harinya.

Banyak tamu yang datang saat pemakaman, sehingga petani terpaksa menyembelih kambing miliknya untuk dijadikan sajian demi menghormati tamu yang hadir. Dan ternyata, tamu yang datang semakin banyak, petani tersebut memang punya banyak teman, sehingga dia menyembelih sapi untuk dijadikan sajian kepada tamu-tamu yang datang dan berduka cita.

Tikus sangat sedih karena teman-teman di peternakan telah habis. Padahal dia sudah memperingatkan teman-temannya agar waspada. Akhirnya mereka justru menjadi santapan para tamu yang datang.

Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas antara lain :

  1. Bantulah sesama, kau tak pernah tahu kebaikan apa yang datang, ataupun keburukan apa yang terhindar dari kau membantu mereka.
  2. Jangan meremehkan sebuah keburukan yang menimpa saudaramu, jika kau biarkan, boleh jadi cepat atau lambat kau pun juga akan ditimpanya.

Hikmah Dari Kehilangan

Bila Anda sering merasa banyak yang hilang dari kehidupan Anda, percayalah, tidak ada kehilangan yang benar-benar hilang. Seperti kisah inspirasi ini.

Pada suatu masa, di sebuah pedesaan China, hidup seorang pria tua dan keluarganya. Pria tersebut mengolah sebuah kebun dan memiliki beberapa hewan peliharaan, salah satu peliharaannya adalah seekor kuda jantan. Suatu ketika, kuda yang dimiliki pria tua tersebut hilang. Beberapa tetangga mengatakan sempat melihat kuda tersebut berlari melewati batas daerah yang tidak boleh dilewati oleh warga desa. Pria tua itu menjadi sedih, tetapi dia mengatakan, "Tidak apa, barangkali kejadian ini bukan sesuatu yang buruk dan siapa tahu akan datang sesuatu yang baik."

Setelah hari berganti hari, pada malam hari, pria tua itu dikejutkan dengan suara kuda. Dia langsung bangkit dan melihat ke arah luar rumah, tampak kudanya yang hilang telah kembali dan membawa seekor kuda betina entah milik siapa yang menjadi pasangannya. Tentu saja, seperti peraturan di desa itu, kuda yang tidak diketahui pemiliknya atau liar akan menjadi milik mereka yang menemukan. Para tetangga memberi selamat pada pria tua yang telah mendapatkan kembali kudanya serta tambahan satu kuda secara cuma-cuma.

Setelah waktu berjalan, anak laki-laki dari pria tua tersebut mulai berlatih untuk naik ke atas punggung kuda dan memacu kuda tersebut di sekitar area perkebunan. Sayangnya, pada suatu hari, anak laki-laki itu jatuh dari atas punggung kuda dan mengalami cedera kaki yang sangat parah. Perlu waktu lama untuk sembuh, tetapi sekalipun telah sembuh, anak laki-laki itu tidak bisa berjalan normal. "Tidak apa-apa, nak" ujar si pria tua, "Mungkin hal ini akan mendatangkan sesuatu yang lebih baik untuk mu,"

Dan seperti kejadian sebelumnya, si pria tua merasakan kembali sesuatu yang baik tersebut. Pada masa itu adalah masa perang, semua anak laki-laki di desa wajib memanggul senjata dan bertempur di medan perang. Tetapi karena cacat, anak laki-laki sang pria tua tetap di desa dan bekerja mengolah kebun. Tidak ada yang disesali, karena anak laki-laki itu juga bersikap sama seperti ayahnya, dia percaya akan ada hikmah di balik kejadian buruk yang menyebabkan dia kehilangan cara berjalan yang normal.

Tahun berganti tahun. Perang telah berakhir dan para anak laki-laki yang bertempur kembali ke desa. Ternyata hanya beberapa yang kembali, karena kebanyakan dari mereka ternyata tewas di medan perang. Sang pria tua sedikit bersyukur karena anak laki-lakinya tetap dalam kondisi sehat dan semakin pintar mengurus perkebunan. Sehingga, tidak ada yang perlu disesali karena bagi keluarga tersebut, kebahagiaan tidak hanya dinilai pada saat sesuatu terjadi, tetapi juga pada masa-masa setelahnya.

Sahabat, hikmah dari cerita tersebut kita harus belajar bahwa setiap kali kita merasa kehilangan, sesungguhnya apa yang kita tangisi tidak benar-benar hilang, karena pada saat yang tidak akan kita sangka, kita akan mendapatkan hikmah dari rasa kehilangan tersebut. Kita akan merasakan kebahagiaan lebih berlipat jika kita pernah merasakan kehilangan. Tetapi rasa bahagia itu akan datang saat kita bisa melepaskan dengan rela apa yang telah hilang, tidak dengan meratapi atau menangisi terus-menerus.

Tempayan Retak

Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan Yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, Sedangkan tempayan satunya lagi tidak.
Jika tempayan yang tidak retak itu selalu membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari  mata air ke rumah majikannya. Tempayan itu hanya dapat air setengah penuh, Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa Satu setengah tempayan air ke rumah majikannya

Tentu saja si tempayan yang tidak retak Merasa bangga akan prestasinya, Karena dapat menunaikan  tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu Merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya Dan merasa sedih sebab ia hanya dapat Memberikan setengah dari porsi yang seharusnya Dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, Tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu." "Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?" "Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.

Karena cacadku itu, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu. Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, Dan dalam belas kasihannya, ia berkata,  "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, Si tempayan retak memperhatikan Dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah Di sepanjang  sisi jalan, Dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanannya, Ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu Itu karena aku selalu menyadari akan cacadmu. Dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, Kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga Indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang. "

salah satu hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas adalah bahwa kita boleh jadi memiliki ke"retak"an tersebut, namun yakinlah satu kelemahan menurut kita, boleh jadi sebuah kemanfaatan bagi orang lain. Jadi jangan bersedih dan tersenyumlah. Karena keretakan kita pun dapat bermanfaat besar.

Kepompong Kupu-Kupu

Seorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk dan mengamati dalam beberapa jam kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya, dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya.Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap2 mengkerut.Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yg mungkin akan berkembang dalam waktu.

Semuanya tak pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yg menghambat dan perjuangan yg dibutuhkan kupu-kupu untukmelewati lubang kecil adalah jalan Allah untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Allah membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yg semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang. Saya memohon Kekuatan ..Dan Allah memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.

Mengutip perkataan seorang ulama,
"daripada meminta 'ya Allah ringankanlah masalahku', namun pintalah 'Ya Allah kuatkanlah punggungku' "

Ayah dan Burung Gagak

Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, “Nak, apakah benda tersebut?”

“Burung gagak,” jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras.
“Itu burung gagak ayah!”

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, “BURUNG GAGAK!!”
Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, “Gagak ayah.......”.
Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah.

“Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya. Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah.....”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.
“Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam buku diary itu”, pinta si ayah.
Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........
“Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apakah itu?”.

Dan aku menjawab, “Burung gagak”.

Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga.”

Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu.
Si ayah dengan perlahan bersuara, “ Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah.”

Salah satu hikmah dari kisah inspirasi diatas, adalah
“Kesabaran itu sesungguhnya milik seorang ayah. Tanpa mau dilihat, ia ingin berbuat”

Jawaban Elegan Dari Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita – cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

Atlit Dengan Organ Palsu

Orang-orang ini tak dianugerahkan dengan fisik yang sempurna seperti kita. Namun semua hal tersebut tak membuat mereka menyerah dari keadaan. Disela keterbatasannya, mereka justru menunjukkan prestasi luar biasanya. Seperti dalam kisah inspirasi berikut tentang "Atlit-atlit Dengan Anggota Tubuh Prostetik yang Menginspirasi berikut"..

Penggunaan anggota tubuh palsu dalam kedokteran telah membantu banyak pasien selama ribuan tahun untuk menjalani kehidupan yang lebih nyaman. Anggota tubuh palsu juga sering dianggap sebagai penolong bagi mereka penyandang cacat, karena dengan penggunaan anggota tubuh prostetik, mereka dapat menjalani kehidupan seperti orang normal kebanyakan bahkan dapat bersaing di Dunia. Untuk atlet yang telah kehilangan salah satu anggota tubuhnya, anggota tubuh prostetik ini mungkin sangat penting karena bisa membantu mereka melewati setiap latihan dan pertandingan olahraga. Ada banyak para penyandang cacat yang tak mau menguburkan mimpinya untuk menjadi seorang atlit, bahkan mereka dapat menjadi inspirasi bagi orang normal kebanyakan. Berikut para atlit yang tetap semangat meski mengandalkan anggota tubuh prostetik:

1. Heroic Hugh Herr
kisah kisah inspirasi terbaik
Heroic Hugh Herr adalah seorang atlit pemanjat tebing. Kakinya telah diamputasi akibat kecelakaan saat mendaki yang terjadi ketika Ia remaja. Namun Herr tetap bersemangat dan yakin bahwa ia tetap dapat menaklukan tebing.Telah banyak tebing yang berhasil IA panjat henya dengan menggunakan kaki prostetik. Dalam aksi aksi pendakian terbarunya, salah satu kaki prostetik Herr sempat lepas dari abggota tubuhnya, Namun dengan santai dan sabar, Herr menarik kaki prostetik dan memasangnya kembali di kakinya yang tersisa.

2. Oscar Pistorius
kisah kisah inspirasi terbaik
Oscar tak pernah malu, walau kakinya harus diamputasi. Telah banyak pertandingan pada cabang olah raga lari yang diikutinya, bahkan diantaranya menghasilkan medali emas. Meski tak dapat lolos dalam final olimpiade lari 400 meter, Pelari asal Afrika Selatan ini telah menjadi panutan bagi warga Dunia.

3. Scott Schroeder
kisah kisah inspirasi terbaik
Scott harus kehilangan kakinya setelah insiden pemboman di tepi jalan Afganistan. Hanya sepertiga bagian paha yang tersisa untk ia dapat berjalan. Tapi, Scott memilih untuk tetap menjalani rutinitasnya sebagai penyelam. Untuk menyelam, Scott memakai sirip khusus yang pasangkan dikakinya. Sehingga Ia dapat menjelajahi dunia bawah laut.

4. Bob Radocy
kisah kisah inspirasi terbaik
Dalam bermain basket, tangan tentu saja memegang peranan yang paling penting. Dengan menggunakan tangan palsu prostetik Bob membuktikan, bahwa Ia tetap bisa memasukkan bola kedalam keranjang.

5. Aimee Mullins
kisah kisah inspirasi terbaik
Berani, kuat, dan inspiratif, tiga hal itulah yang sangat melekat pada wanita ini. Aimee adalah seorang atlet Paralympian, aktris, dan model. Tak seperti kebanyakan atlit yang harus kehilangan anggota tubuhnya karena kecelakaan, Aimee telah kehilanggan kakinya sejak ia lahir. Ia difonis menderita Fibula Hemimelia pada salah satu kakinya. Saat berumur dua tahu, Aimee telah sangat lihai menggunakan kaki palsunya. Dan menghabiskan masa kecilnya dengan berenang, bersepeda, sepakbola, dan olah raga lainnya bersama anak-anak normal lainnya.

Belajar pada Ahli Permata

Seorang anak muda mengunjungi seorang ahli permata dan menyatakan maksudnya untuk berguru. Ahli permata itu menolak pada mulanya, karena dia kuatir anak muda itu tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk belajar. Anak muda itu memohon dan memohon sehingga akhirnya ahli permata itu menyetujui permintaannya. “Datanglah ke sini besok pagi.” katanya.

Keesokan harinya, ahli permata itu meletakkan sebuah batu berlian di atas tangan si anak muda dan memerintahkan untuk menggenggamnya. Ahli permata itu meneruskan pekerjaannya dan meninggalkan anak muda itu sendirian sampai sore.

Hari berikutnya, ahli permata itu kembali menyuruh anak muda itu menggenggam batu yang sama dan tidak mengatakan apa pun yang lain sampai sore harinya. Demikian juga pada hari ketiga, keempat, dan kelima.

Pada hari keenam, anak muda itu tidak tahan lagi dan bertanya, “Guru, kapan saya akan diajarkan sesuatu?”

Gurunya berhenti sejenak dan menjawab, “Akan tiba saatnya nanti,” dan kembali meneruskan pekerjaannya.

Beberapa hari kemudian, anak muda itu mulai merasa frustrasi. Ahli permata itu memanggilnya dan meletakkan sebuah batu ke tangan pemuda itu. Anak muda frustrasi itu sebenarnya sudah hendak menumpahkan semua kekesalannya, tetapi ketika batu itu diletakkan di atas tangannya, anak muda itu langsung berkata, “Ini bukan batu yang sama!”

“Lihatlah, kamu sudah belajar,” kata gurunya.

Gratis Sepanjang Masa

Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:

Untuk memotong rumput Rp. 5000
Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp. 5000
Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp. 3000
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp. 5000
Untuk membuang sampah Rp. 1000
Untuk nilai yang bagus Rp. 3000
Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 3000
Jadi jumlah utang ibu adalah Rp. 25000

Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia tuliskan:

Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
Untuk membawamu ke dokter dan mengobati saat kamu sakit, serta mendoakan kamu, gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis

Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS
Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya.”Ibupun sayang kamu nak” kata sang ibu.
Kemudian sang anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar sambil diperhatikan sang ibu: “LUNAS”
***
Sahabat, seberapapun jasa yang telah kita berikan kepada ibu, seberapapun uang yang kita dapatkan dan kita berikan kepada ibu, atau seberapapun liter keringat kerja yang kita kumpulkan untuk ibu, tidak akan dapat mengganti kasih sayang seorang ibu.Kasih ibu sepanjang masa. dapatkah kita menukar kasih sayang ibu itu dengan materi? menukar dengan bilangan angka?atau menukar dengan rangkaian kata terima kasih? Tidak sahabat, sama sekali tidak bisa. Oleh karenanya sahabatqu, Berbuat baiklah kepadanya, sayangilah beliau, cintailah beliau, dan doakanlah beliau….

Pertanyaan Penting Soal Ujian

Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan sebuah cerita yang menarik  melalui Fb dari seorang sahabat. Karena cerita ini menarik,  saya mencoba ingin berbagi cerita tersebut kepada para pembaca pada kesempatan ini.  Begini ceritanya ;

Ini kisah tentang Riri,  salah seorang mahasiswi yang sedang menyelesaikan kuliah semester akhir di sebuah Universitas Negeri. Riri  mengambil jurusan disebuah fakultas yang cukup favorit, yaitu Fakultas Kedokteran. Sebuah fakultas – menurut keyakinannya – yang dapat membuat hidupnya lebih baik di masa mendatang. Bukan kehidupan yang hanya baik untuknya, tetapi juga buat keluarganya yang telah berusaha susah payah mengumpulkan uang, agar ia dapat meneruskan dan lulus dari kuliahnya dengan baik.

Kakaknya pun rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratorium serta praktikum yang cukup tinggi untuk Riri.

Kini tiba saatnya Riri harus mengikuti ujian semester akhir, mata kuliah yang diberikan oleh dosennya cukup unik. Saat itu sang dosen ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan.

“Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” cerita Riri menirukan kata dosennya kepada mahasiswa beberapa waktu lalu.

Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan,  para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian mereka.

Ketakutan dan ketegangan Riri saat ujian terjawab saat itu, pasalnya 9 pertanyaan yang dilontarkan oleh sang dosen lumayan mudah untuk dijawab olehnya. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar ia tulis di lembar jawaban.

Hingga sampailah pada pertanyaan ke-10.“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.

 “Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” kata sang dosen sambil menggerakkan tangannya menunjuk keseluruh ruangan kuliah.

Sontak saja mahasiswa seisi ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini, pikir Riri dalam benaknya.

“Ini serius !” kata sang dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang ! ”. lanjutnya mengingatkan.

Riri tahu persis siapa orang yang ditanyakan oleh dosennya itu. Dia adalah seorang ibu tua, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung. Dan ia juga mungkin satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran tempat Riri kuliah. Ibu tua itu selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswi di sini. Ia senantiasa menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong. Tapi satu hal yang membuat Riri merasa konyol, justru ia tidak hafal nama ibu tua tersebut !!! Dan dengan terpaksa ia memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini. Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu.

Sambil menyodorkan kertas jawaban, Riri mencoba memberanikan diri bertanya kepada dosennya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini ?.

“Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” kata sang dosen.

Mendengar jawaban sang dosen, beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara. “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D,” ungkap sang dosen.

Semua berdecak, Riri pun bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?” Jawab sang  dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Lalu sang sang dosen pergi  membawa tumpukan kertas jawaban ujian itu sambil meninggalkan para mahasiswa dengan wajah yang masih tertegun.
******
Peduli merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta penyelesai masalah di masyarakat. Dan peduli, sudah seharusnya menjadi milik semua orang, bukan hanya dokter. Jadi, soal ujian Riri nomor ke-10 di atas, kiranya juga menjadi soal ujian untuk kita semua. Maka seberapa pedulikah kita ? sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Semoga cerita di atas menjadi hikmah untuk kita.

Tes Tulis Lamaran Kerja

Kisah ini saya dapatkan di status facebook salah seorang sahabat saya. Saking inspiratifnya, saya tergerak untuk segera tuliskan ulang dan hadirkan untuk Anda.

Dikisahkan suatu waktu di Indonesia, ada sebuah perusahaan yang melakukan rekrutmen untuk sebuah posisi. Perusahaan tersebut perusahaan besar, yang sampai sekarang pun namanya insya Allah masih cukup dikenal di Indonesia. Pelamar untuk posisi tersebut terbilang besar, sekitar 2000-an orang. Namun hanya 1 orang yang akhirnya diterima bekerja disana.

Dalam proses rekrutmen, perusahaan tersebut memberikan sebuah tes tertulis. Isi tes tertulisnya, adalah sebuah kasus untuk dijawab oleh calon karyawannya. Berikut kasus dalam tes tulis.

-----------

Anda sedang mengendarai motor ditengah malam yang hujan, ditengah jalan Anda melihat 3 orang sedang menunggu kedatangan angkot :
- Seorang nenek tua yang sangat lapar.
- Seorang dokter yang pernah menyelamatkan hidup Anda sebelumnya.
- Seseorang special yang selama ini menjadi idaman hati Anda.

Anda hanya bisa mengajak satu orang untuk dibonceng, siapakah yang akan Anda ajak ?
Dan jelaskan mengapa Anda melakukan itu!!

-----------

Jika Anda ikut dalam proses rekrutmen tersebut, kira-kira jawaban Apa yang akan Anda berikan?
Jangan scroll kebawah sebelum Anda memberikan jawaban Anda.


Serius, jawablah dulu, baru kita lihat jawaban yang diterima.

dari 2000an pelamar & jawaban, hanya 1 yg diterima, Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat :

"Saya akan memberikan kunci motor saya kepada sang dokter dan meminta dia untuk membawa nenek tua tersebut untuk ditolong segera. Sedangkan saya sendiri akan tetap tinggal disana dengan sang idaman hati untuk menunggu angkot."

Dan diterimanyalah ia serta langsung mendapat kualifikasi smart & brilliant employee

Lepas dari nilai non-syari terkait khalwat-nya, Bagi saya pribadi, hikmah yang bisa saya petik adalah kita dapat melakukan sebuah efisiensi pekerjaan yang menyenangkan. Syaratnya hanyalah kita mau berkorban lebih untuk mendapatkan sesuatu yang insya Allah lebih besar.

Kalau kamu? inspiratif Apa yang bisa kamu petik?

Jendela Kereta Api

Hari itu, di kereta api terdapat seorang pemuda bersama ayahnya. Pemuda itu berusia 24 tahun, sudah cukup dewasa tentu.
Di dalam kereta, pemuda itu memandang keluar jendela kereta, lalu berkata pada Ayahnya.
"Ayah lihat, pohon-pohon itu sedang berlarian"

Sepasang anak muda duduk berdekatan. Keduanya melihat pemuda 24 tahun tadi dengan kasihan. Bagaimana tidak, untuk seukuran usianya, kelakuan pemuda itu tampak begitu kekanakan.

Namun seolah tak peduli, si pemuda tadi tiba-tiba berkata lagi dengan antusiasny,
"Ayah lihatlah, awan itu sepertinya sedang mengikut kita!"

Kedua pasangan muda itu tampak tak sabar, lalu berkata kepada sang Ayah dari pemuda itu.
"Kenapa ANda tidak membawa putra Anda itu ke seorang dokter yang bagus?

Sang Ayah hanya tersenyum, lalu berkata. "Sudah saya bawa, dan sebenarnya kami ini baru saja dari rumah sakit. Anak saya ini sebelumnya buta semenjak kecil, dan ia baru mendapatkan penglihatannya hari ini"

Sahabat, setiap manusia di planet ini memiliki ceritanya masing-masing. Jangan langsung kita men-judge seseorang sebelum kita mengenalnya benar. Karena kebenaran boleh jadi mengejutkan kita. Selalu berprasangka baik kepada setiap orang, karena itu yang diajarkan nabimu, dan itulah cara yang baik untuk hidup...

Apakah Anda punya kisah yang mirip dengan cerita diatas? mari dibagi.
Klik like/share jika Anda suka :)

Berat Segelas Air

Saat Stephen R. Covey mengajar tentang Manajemen Stress, dia bertanya kepada para peserta kuliah,

“Menurut anda, kira-kira berapa berat segelas air ini?” Jawaban para peserta sangat beragam, mulai dari 200 gram sampai 500 gram.

“Sesungguhnya yang menjadi masalah bukanlah berat absolutnya. Tetapi berapa lama anda memegangnya,” ungkap Covey.

“Jika saya memegangnya selama satu menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama satu jam, lengan kanan saya akan sakit. Jika saya memegangnya selama satu hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya,” lanjutnya.

“Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu terasa meningkat beratnya,” ungkap Covey.

”Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut. Istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi. Kita harus meninggalkan beban kita, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sehari-hari, tinggalkan beban pekerjaan anda. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok,” lanjutnya.

“Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak. Setelah beristirahat, nanti dapat diambil lagi. Hidup ini sangat singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di dalam hati kita,” kata Covey.

Petani Jagung

Kisah Petani Jagung, yang di cuplikan dari Fiksibuku Sepatu Terakhir.  Novel Inspiratif terbaru 2013 dari Republika.  Dapatkan di Gramedia & Toko Republika

Ayah adalah tipe pebisnis yang membuatku tak habis pikir. Jika kebanyakan orang berbisnis, tak ingin membagi resep rahasia, ataupun ilmu utamanya, Ayah justru sebaliknya. Ayah tak pernah pelit untuk berbagi ilmu, dari sekian pegawai yang dimilikinya, semuanya diajarinya untuk membuat sepatu. Tak ada satupun ilmu yang ia sembunyikan. Tak hanya itu, didorongnya mereka untuk lepas dan mandiri dari ayah.

Aku dan Mas Agus waktu itu sampai terheran-heran. Mendidik pegawainya untuk mandiri bukankah justru akan melahirkan pesaing baru bagi usaha Ayah?

Ayah menjelaskan konsepnya dengan satu kisah sederhana. Kisah yang masih aku ingat sampai sekarang.
“Bapak pernah cerita ke kalian tentang kisah seorang petani jagung yang berhasil?”
Aku dan Mas Agus hanya menggeleng.

“Alkisah ada seorang petani jagung yang sangat sukses.”, Ayah berhenti mengambil nafas sejenak.
Aku dan Mas Agus pasang telinga, antusias mendengarkan.

Dengan nada layaknya seorang pendongeng ia melanjutkan, “Di negerinya, setiap tahun diadakan kontes jagung, untuk mencari petani mana yang menghasilkan jagung terbaik. Petani sukses tadi, dia sering memenangkan kontes jagung tersebut. Tak hanya sekali, namun berkali-kali dan boleh dikata, setiap kontes jagung diadakan petani inilah pemenangnya. Kalian tahu rahasianya?” Tanya Ayah ke arah kami.

“Pupuk rahasia?”, Mas Agus coba mejawab.
 “Bukan, bukan itu rahasianya. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada petani sukses ini, apa formula rahasianya dia bisa memenangkan kontes jagung tersebut sampai berkali-kali. Si petani menjawab, 'tak ada formula rahasia, aku hanya membagikan benih-benih jagung terbaikku kepada petani tetangga-tetanggaku”

“Lho, benih  jagung terbaiknya kok malah diberikan ke tetangga? Tapi kok dia yang menang? Aneh!”, tanyaku.

“Itu dia kuncinya”, Ayah tersenyum. “Alin di sekolah sudah belajar IPA kan? Tentang tanaman yang punya serbuk sari dan putik?”

“Sudah” jawabku sambil mengangguk.
“Kita tahu bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak, lalu menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain.”, tangan ayah bergerak-gerak bak seorang pendongeng.

“Coba bayangkan Jika tanaman jagung tetangga buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang petani sukses ini pun juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagungnya.”
Kakakku manggut-manggut mulai paham.

Ayah melanjutkan “Sebaliknya jika tanaman jagung tetangga baik, maka serbuk sari yang dibawa angin dari ladang jagung mereka akan baik pula, disinilah bila kita ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, kita harus menolong tetangga kita untuk mendapatkan jagung yang baik pula.

“Begitu pula dengan hidup kita Nak. Jika kita ingin meraih keberhasilan, maka kita harus menolong orang sekitar menjadi berhasil pula. Mereka yang ingin hidup dengan baik harus menolong orang disekitarnya untuk hidup dengan baik pula. “, Ayah menutup ceritanya dengan bijak.

Guru Bijak dan Sebuah Toples

Sebuah kisah inspiratif populer. Pada suatu waktu, terdapat seorang guru yang bijak. Banyak murid yang datang dari tempat jauh, untuk mendengarkan petuah bijaknya. Pada suatu hari, seperti biasa, para murid berkumpul untuk mendengarkan pelajaran dari sang guru.

Banyak murid mulai datang memenuhi ruang pengajaran. Mereka datang dan duduk dengan tenang dan rapi, memandang ke depan, siap untuk mendengar apa yang dikatakan oleh  sang guru.

Akhirnya sang guru pun datang, lalu duduk di depan para murid-muridnya. Sang guru membawa sebuah toples besar, disampingnya terdapat setumpuk batu kehitaman seukuran genggaman tangan. Tanpa bicara sepatah kata pun, Sang guru mengambil batu-batu tersebut satu persatu, lalu memasukkannya hati-hati ke dalam toples kaca. Ketika toples tersebut sudah penuh dengan batu hitam tadi, sang Guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tanpa berkata apa-apa, sang guru mulai memasukkan kerikil-kerikil bulat berwarna merah ke dalam toples itu.Kerikil-kerikil itu cukup kecil sehingga jatuh di sela-sela batu hitam besar tadi. Setelah semua kerikil masuk kedalam toples, sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Masih tanpa berkata apa-apa lagi, kini sang guru mengambil satu wadah pasir halus, lalu memasukkannya ke dalam toples. Dengan mudah pasir-pasir tersebut pun masuk memenuhi sela-sela kerikil merah dan batu hitam. Setelah masuk semua, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"

Sekarang para murid tak terlalu percaya diri menjawab pertanyaan gurunya. Namun terlihat bahwa pasir tersebut jelas memenuhi http://108.179.216.137/ sela-sela kerikil di dalam toples, membuatnya terlihat sudah penuh. Kali ini hanya sedikit yang mengangguk, lalu menjawab,

"Ya guru," jawab beberapa murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru berbalik mengambil sebuah tempayan berisi air, lalu menuangkannya dengan ahti-hati ke dalam toples besar tersebut. Ketika air sudah mencapai bibir toples, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"

Kali ini kebanyakan murid memilih diam, namun ada dua hingga tiga yang memberanikan diri menjawab,
"Ya guru," jawab sedikit murid tersebut, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru mengambil satu kantong berisi garam halus. Ditaburkannya sedikit-sedikit dan hati-hati dari atas permukaan air, garam pun larut, lalu ditambahkan lagi sedikit, demikian seterusnya hingga seluruh garam tersebut habis larut dalam air. Kini sang guru menghadap kepada par amurid, dan sekali lagi bertanya, "Apakah toplesnya sudah penuh?"

Kali ini semua murid benar-bnar diam. Hingga akhirnya seorang murid yang berani menjawab, "Ya guru, toples itu sekarang sudah penuh".

Sang guru menjawab, "Ya benar, toples ini sekarang sudah penuh".
Sang guru kemudian melanjutkan perkatannya,

"Sebuah cerita selalu memiliki banyak makna, dan setiap dari kalian telah memahami banyak hal dari demonstrasi ini. Diskusikan dengan tenang sesama kalian, apa hikmah yang kalian punya. Berapa banyak hikmah berbeda yang dapat kalian temukan dan kalian ambil darinya."

Para murd pun memandang sang guru, dan ke arah toples yang kini berisi dengan berbagai warna, ada hitam, ada merah, ada pasir, air, dan garam. Lalu dengan tenang mereka mendiskusikan dengan murid lainnya. Setelah beberapa menit kemudian sang guru mengangkat tangannya, seluruh ruangan pun diam. Sang guru lalu berkata,
"Selalu ingatlah bahwa tak pernah ada hanya satu interpretasi dari segalanya. Kalian telah mengambil semua hikmah dan pesan dari cerita, dan setiap hikmah, sama pentingnya dengan yang lain.

Lalu tanpa berkata-kata lagi, sang guru pun bangkit dan meninggalkan ruangan.

Atlet dan Ayahnya

Ini Kisah Nyata, Olimpiade Barcelona, 1992.
Enam puluh lima ribu pasang mata hadir di stadion itu. Semua hendak menyaksikan event atletik besar di ajang olahraga terbesar seplanet bumi.

Nama lelaki itu Derek Redmond, seorang atlet pelari olimpiade asal Inggris. Impian terbesarnya ialah mendapatkan sebuah medali olimpiade, -apapun medalinya-. Derek sebenarnya sudah ikut di ajang olimpiade sebelumnya, tahun 1988 di Korea. Namun sayang beberapa saat sebelum bertanding, ia cedera sehingga tak bisa ikut berlomba. Mau tak mau, olimpiade ini, adalah kesempatan terbaiknya untuk mewujudkan mimpinya. Ini adalah hari pembuktiannya, untuk mendapatkan medali di nomor lari 400 meter. Karena ia dan ayahnya sudah berlatih sangat keras untuk ini.

Suara pistol menanda dimulainya perlombaan. Latihan keras yang dijalani Derek Redmond, membuatnya segera unggul melampaui lawan-lawannya. Dengan cepat ia sudah memimpin hingga meter ke 225. Berarti kurang 175 meter lagi. Ya, kurang sebentar lagi ia kan mendapatkan medali yang diimpikannya selama ini.
Namun tak ada yang menyangka ketika justru di performa puncaknya, ketika ia sedang memimpin perlombaan tersembut, tiba-tiba ia didera cedera. Secara tiba-tiba di meter ke 225 tersebut, timbul rasa sakit luar biasa di kaki kanannya. Saking sakitnya, seolah kaki tersebut telah ditembak sebuah peluru. Dan seperti orang yang ditembak kakinya, Derek Redmond pun menjadi pincang. Yang ia lakukan hanya melompat-lompat kecil bertumpu pada kaki kirinya, melambat, lalu rebah di tanah. Sakit di kakinya telah menjatuhkannya.

Derek sadar, impiannya memperoleh medali di Olimpiade ini pupus sudah.
Melihat anaknya dalam masalah, Ayahnya yang berada di atas tribun, tanpa berpikir panjang ia segera berlari ke bawah tribun. Tak peduli ia menabrak dan menginjak sekian banyak orang. Baginya yang terpenting adalah ia harus segera menolong anaknya.

Di tanah, Derek Redmond menyadari bahwa impiannya memenangkan olimpiade pupus sudah. Ini sudah kedua kalinya ia berlomba lari di Olimpiade, dan semuanya gagal karena cidera kakinya. Namun jiwanya bukan jiwa yang mudah menyerah.  Ketika tim medis mendatanginya dengan membawa tandu, ia berkata, “Aku tak akan naik tandu itu, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan perlombaan ini”, katanya.

Maka Derek pun dengan perlahan mengangkat kakinya sendiri. Dengan sangat perlahan pula, sambil menahan rasa sakit dikakinya, https://pokervaganza.com/ ia berjalan tertatih dengan sangat lambat. Tim medis mengira bahwa Derek ingin berjalan sendiri ke tepi lapangan, namun mereka salah. Derek ingin menuju ke garis finish.

Di saat yang sama pula Jim, Ayah Derek sudah sampai di tribun bawah. Ia segera melompati pagar lalu berlari melewati para penjaga menuju Anaknya yang berjalan menyelesaikan perlombaan dengan tertatih kesakitan. Kepada para penjaga ia hanya berkata, “Itu anakku, dan aku akan menolongnya!”

Akhirnya, kurang 120 meter dari garis finish, sang Ayah pun sampai juga di Derek yang menolak menyerah. Derek masih berjalan pincang tertatih dengan sangat yakin. Sang Ayah pun merangkul dan memapah Derek. Ia kalungkan lengan anaknya tersebut ke bahunya.

“Aku disini Nak”, katanya lembut sambil memeluk Anaknya, “dan kita akan menyelesaikan perlombaan ini bersama-sama.

Ayah dan anak tersebut, dengan saling berangkulan, akhirnya sampai di garis finish. Beberapa langkah dari garis finish, Sang Ayah, Jim, melepaskan rangkulannya dari anaknya agar Derek dapat melewati garis finish tersebut seorang diri. Lalu kemudian, barulah ia merangkul anaknya lagi.

Enam puluh lima ribu pasang mata menyaksikan mereka, menyemangati mereka, bersorak bertepuktangan, dan sebagian menangis. Scene Ayah dan anak itu kini seolah lebih penting daripada siapa pemenang lomba lari.

Derek Redmond tak mendapat medali, bahkan ia didiskualifikasi dari perlombaan. Namun lihatlah komentar Ayahnya.

“Aku adalah ayah yang paling bangga sedunia!, Aku lebih bangga kepadanya sekarang daripada jika ia mendapatkan medali emas.”

Dua tahun paska perlombaan lari tersebut, dokter bedah mengatakan kepada Derek bahwa Derek tak akan lagi dapat mewakili negaranya dalam perlombaan olahraga.

Namun tahukah kalian apa yang terjadi?

Lagi-lagi, dengan dorongan dari  Ayahnya, Derek pun akhirnya mengalihkan perhatiannya. Dia pun menekuni dunia basket, dan akhirnya menjadi bagian dari timnas basket Inggris Raya. Dikiriminya foto dirinya bersama tim basket ke dokter yang dulu  memvonisnya takkan mewakili negara dalam perlombaan olahraga.

Jika kasih ibu, adalah melindungi kita dari kelamnya dunia, maka kasih sayang seorang Ayah adalah mendorong kita untuk menguasai dunia itu. Seorang Ayah akan senantiasa mendukung, memotivasi, men-support, dan membersamai kita dalam kondisi apapun. Ayah pulalah yang akan meneriakkan kita untuk bangkit, lalu memapah kita hingga ke garis finish. Karena mereka tak ingin kita menyerah pada keadaan, sebagaimana yang ia contohkan.

Sistem Mulai Main Joker123 Termudah

Orang yang gagal pada permainan joker123 itu salah satu faktor penyebabnya hakekatnya merupakan sebab sistem mulai yang salah. Kebanyakan o...