Rabu, 25 Maret 2020

Cerpen Cinta Yang Hanya Sementara

Pada artikel kali ini kami akan memberikan artikel mengenai Cerpen Cinta Yang Hanya Sementara.Berikut ini kami akan memberikan pembahasan yang berkaitan dengan artikel yang membahas mengenai Cerpen Cinta Yang Hanya Sementara

Saat sampai di rumah, aku masih memikirkan ucapan rosela padaku, sebenarnya memang benar apa yang ia ucapkan, aku sedang dekat dengan lelaki bernama rizky, ya pria yang sangat aku cintai dan aku sayangi, tapi entah bagaimana perasaannya padaku, ia hanya merasa nyaman di dekatku. Mungkin rasa sayang dan cinta itu ia berikan untuk wanita yang ia dambakan. Ya, bisa dibilang aku kekasih gelapnya atau yang nomor dua di hatinya.

Setiap malam aku selalu berdoa semoga ia memikirkan akan hal tersebut, maksudku dia harus memilih antara dua wanita yang ia sayangi. Tetapi setiap kita bertemu ia hanya berkata “Kita hanya sementara, tidak lebih, dan jangan berpikir suatu saat aku akan selalu di sampingmu” ucapnya, perasaanku sangat terluka ia berbicara seperti itu, tetapi aku mencoba tenang dan menjawab “Kamu tenang aja, aku ga akan punya ambisi untuk membuatmu menjauh darinya. Saat ini aku hanya menemani hari sepimu tidak lebih.”

Saat ini aku selalu berpikir, kenapa aku mau menjadi yang kedua?, apakah aku murah?, ataukah aku tidak punya rasa kasihan?. Tapi saat aku pikirkan kembali, sebenarnya ia yang membuatku kembali jatuh cinta, kembali merasakan kasih sayang. Tapi sungguh cinta itu hanya sementara dan bukan untuk selamanya.

Di malam yang dingin, ia mengajakku untuk bertemu ke sebuah kafe, dan aku iyakan ajakan dia. Saat kita bertemu kita asik berbicara suka dan duka, ia sangat menikmati pertemuan kita tanpa mengetahui apa yang aku rasakan saat ini.

“Bagaimana yang kamu rasakan saat kita saling menjalani hubungan ini, apa kau sangat bahagia?”, tanyanya sambil menyantap makanannya, sejenak aku terdiam dan berpikir, apakah ia tidak tau atau hanya pura-pura tidak tau “Aku bahagia” jawabku berbohong sambil memberikan senyum kecut padanya. “Aku saat ini bahagia, akhirnya wanita yang aku dambakan, tina, ia mau menerimaku kembali di sisinya, I’am very very happy”, bagai tersambar petir, hatiku begitu hancur, orang yang sangat aku cintai dan setiap malam aku doakan, akhirnya ia benar benar akan meninggalkanku “Waw, amazing, bagus kalau seperti itu” ucapku senang tetapi dengan mata berkaca kaca.

“Ada apa? Apa kau terluka? Apa ucapanku salah hingga matamu berkaca kaca”, “Tidak, ini hanya kebagian, akhirnya kamu tidak pernah merasa kesepian, saat kau dijauhinya aku ada di sisimu, menyemangatimu, dan membahagiakan kamu. Tapi saat ini ia kembali padamu yang membuat hatimu kembali cerah dan tak ada luka lagi”, sejenak ia diam dan meneteskan air mata, “Maafkan aku, aku telah salah membuatmu menjadi penyemangat sementara kamu, tapi aku doakan kamu, agar kau mendapat laki laki yang tulus mencintaimu dan membahagiakanmu seperti apa yang kau lakukan padaku, I’am sorry”. “Terima kasih, dan jangan menangis, aku tetap bahagia, dan aku tidak merasakan luka yang ada di hatiku, jika ini membuatmu bahagia kenapa aku harus terluka?”.

Saat itu kami saling menatap dan berpegangan tangan yang sangat erat, dan tak lama ia mengecup keningku dan berkata “Aku menyayangimu dalam bayangan walaupun kita tidak bisa bersama”.

Senin, 09 Maret 2020

Membangun Pipa Kekayaan

Di tahun 1801, Pablo dan Bruno adalah dua orang saudara sepupu yang tinggal di sebuah lembah di Italia.

Keduanya adalah pemuda yang bersemangat tinggi untuk maju dan meraih cita-cita.

Mereka pun berkhayal, suatu saat akan menjadi orang terkaya di desanya.

Suatu hari, kesempatan pun tiba. Kepala desa mencari 2 orang pemuda untuk membawa air dari sungai yang terletak di pinggir desa ke tempat penampungan air di tengah desa itu.

Pablo dan Bruno mengajukan diri dan mengajukan diri dan mendapat kesempatan itu.

Kemudian keduanya mulai mengangkut air dengan ember. Sepanjang hari mereka bolak balik mengisi bak penampungan. Mereka digaji https://www.sbobett88.asia/ berdasarkan jumlah ember yang masing-masing mereka bawa.

“Wow, kita akan menjadi orang kaya!”, teriak Bruno dengan riang.

Namun Pablo tidak merasa seperti itu. Ia tidak yakin akan kaya dengan cara seperti itu.

Begitu tiba di rumah, ia merasakan punggungnya pegal-pegal. Telapak tangannya nyeri karena lecet.

Pablo berpikir bagaimana caranya supaya bisa mengisi bak penampungan tanpa harus bolak-balik, punggung pegal dan tangan nyeri.

Ia tak mau melakukan pekerjaan seperti itu sepanjang hidupnya.

Ia mengajukan rencana kepada Bruno. “Bagaimana kalau kita membangun saluran pipa?”

“Saluran pipa? Ide apa itu? Kita sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus dan menghasilkan uang yang banyak, Pablo”, jawab Bruno.

“Dengan upah satu sen setiap ember, kita bisa mendapatkan satu dollar per hari. Ini berarti, setiap minggu kita bisa membeli sepatu baru”.

“Setiap bulan kita bisa membeli seekor sapi, dan setahun kemudian kita bisa membangun rumah”.

Ide Pablo ditolak mentah-mentah.

Tapi Pablo tidak putus asa. Ia yakin dengan idenya itu. Ia tidak mau seumur hidup mejadi pembawa ember.

Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja paruh waktu saja. Selepas membawa ember, di sisa waktunya ia gunakan untuk membangun pipa.

Ternyata, sangat sulit untuk membangun pipa-pipa itu. Tanah keras dan berbatu menyulitkannya dalam menggali. Punggung dan tangannya malah bertambah nyeri dibuatnya.

Namun ia tabah. Ia yakin dengan visinya.

Bahwa suatu saat, mungkin dalam 2 tahun ke depan saluran pipanya akan terwujud dan berfungsi seperti yang diharapkan.

Bruno dan orang-orang sedesa pun mulai mengolok-olok Pablo. Mereka mengejek “Pablo si manusia saluran pipa”.

Bruno sekarang punya penghasilan dua kali lipat dibandingkan Pablo. Ia selalu memamerkan barang baru yang dibelinya.

Ia telah membeli baju, keledai dan rumah mewah. Ia pun gemar nongkrong di rumah makan sambil minum-minum. Orang-orang di desa pun memanggilnya Tuan Bruno.

Kini pemandangan menjadi kontras. Sementara Bruno asyik menikmati jerih payahnya, Pablo masih sibuk siang malam membangun saluran pipanya.

Di bulan-bulan awal, pekerjaan itu masih belum menunjukkan hasil meski pun segenap daya dan upaya telah dikerahkannya.

Pablo meyakini bahwa tindakan-tindakan kecil yang dilakukannya hari ini akan menghasilkan sesuatu yang besar. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Akhirnya, setelah lebih dari setahun saluran pipa itu pun mendekati rampung. Hanya dalam hitungan waktu, pipa-pipa itu akan bisa disaluri air.

Sementara Bruno pun masih terus sibuk mengangkati ember. Makin hari ia makin sibuk. Bahunya mulai kelihatan membungkuk. Ia sering menyeringai kesakitan.

Ia mulai kecewa dengan “takdirnya” yang harus mengangkut ember sepanjang hidupnya.

Bruno makin jarang terlihat santai dan menikmati hidup.

Akhirnya, saat yang dinantikan pun tiba.

Terjadilah kegemparan di seantero desa.

Saluran pipa itu telah selesai. Seluruh penduduk berkumpul di sekitar bak penampungan untuk menyaksikan air mengalir dari saluran pipa.

Sejak saat itu Pablo tidak perlu lagi membawa ember. Airnya terus mengalir, saat dia bekerja atau pun tidak.

Airnya terus mengalir saat ia tidur nyenyak atau berlibur.

Semakin banyak air mengalir, semakin banyak pula uang yang diterimanya.

Pablo mendapat gelar baru sebagai “manusia ajaib”. Para politisi memujinya setinggi langit. Ia pun dicalonkan menjadi walikota.

Namun bagi Pablo semua itu hanyalah pencapaian awal. Ia punya cita-cita yang lebih besar lagi.

Pablo ingin membangun saluran pipa di seluruh dunia!

Sistem Mulai Main Joker123 Termudah

Orang yang gagal pada permainan joker123 itu salah satu faktor penyebabnya hakekatnya merupakan sebab sistem mulai yang salah. Kebanyakan o...